SOSOK PRESIDEN 2014
Begitu pula purnawirawan, meski TNI dan Polri sudah kembali ke "khittah"(sebagai alat pertahanan dan keamanan negara, dan tidak bermain politik), kehadiran purnawirawan TNI dan Polri masih memiliki daya tawar di hadapan petinggi parpol terkait pengalaman penugasan dalam skala nasional. Bahkan jauh sebelum kongres digelar, kesepakatan untuk tidak mengotak-atik posisi jabatan tertinggi, entah bernama ketua umum, dewan pembina, atau sebutan lain yang dilekatkan kepada jabatan yang diduduki tokoh utama, sudah disosialisasikan kepada seluruh jajaran dan jenjang pimpinan partai. Kebesaran partai tidak akan tumbuh di atas iklim dan suasana internal partai yang terpolarisasi antara "kami" yang benar dan "mereka" yang salah. Di luar logika para petinggi yang terpenjara kepentingan berebut posisi di dalam kepemimpinan partai, terdapat dua kecenderungan yang menentukan nasib Indonesia ke depan. Seakan sudah menjadi aksioma bahwa partai politik yang secara kelembagaan kuat adalah kondisi yang perlu bagi konsolidasi demokrasi dan mempertahankan vitalitasnya. Namun, pengalaman menunjukkan, pemerintahan yang hanya digerakkan oleh partai politik yang kuat akan mudah terjerembap ke dalam kubangan otoritarianisme dan dinasti politik. Membangun sistem politik demokratis yang sehat tidak hanya bertumpu pada kelembagaan partai politik yang ku-at. Di luar kelembagaan partai politik, sistem politik demokratis membutuhkan budaya politik yang mendorong tumbuhnya komitmen terhadap demokrasi, mencegah tampilnya pemimpin yang melemahkan performa sistem politik, dan mampu menekan sinisme publik dengan kebijakan distinktif. Kebutuhan ini hanya mungkin dipenuhi oleh sosok pemimpin yang bisa menghidupi partai dengan pikiran, sikap, dan tindakannya, bukan pemimpin yang mencari hidup dari partai.
0 komentar :
Posting Komentar